Matahari pagi sudah keluar dari persembunyian malamnya dan kini cahayanya sudah mulai mengisi kamarku. Namun aku yang tak perduli, tetap saja aku tertidur dengan nyenyak. Kicauan burung yang berisik seakan memaksa aku untuk bangun. Namun, jika aku tak mau bangun, dunia akan marah padaku. It’s okay.. aku bangun.
“hoaaah.. aaaahhhh…!!!” teriakku sambil menguap di atas ranjang.
Hai.. salam kenal, namanku Dinda Rahmaulia. Kalia bisa panggil aku dinda. Aku adalah anak tunggal di rumah. Aku tinggal dengan ibuku. Ayahku sudah meninggal saat aku berusia 4 tahun dan kini, ibuku menikah lagi dengan direktur perusahan yang sangat makmur dan sukses . meskipun aku anak tiri, ayah tiriku tetap menyangi aku seperti anak kandungnya sendiri. Huhh.. jangan kepanjangan ntar telat mandi lagi.
Seusai mandi dan sarapan, aku langsung masuk mobil ke tempat duduk belakang. Aku pergi sekolah dengan ayah dan ibuku. Kebetulan juga, ibuku dengan ayah satu kantor pula. Sesampainya aku di sekolah, aku langsung masuk ke kelas dan di sapa hangat oleh sahabatku.
“hai dindaa.. cie elah.. bau jadian yah sama gilang..” kata rine.
“kata siapa sih? Ne..” jawabku yang pura-pura tidak tahu.
Oh iya, kenalkan, rine adalah sahabat aku sejak aku duduk di banggku SD. Sedangkan maulia dengan aulia, mereka kembar. Kita juga udah sabatan dari SD.sahabatku sesungguhnya bukan hanya mereka ber3 saja. Ada gilang, faza,reza,okta,lani, san shinta. Namun yang paling akrab itu hanya mereka ber3 saja. Mereka juga sudah kenal dekat dengan keluargaku. Sekarang, aku duduk di bangku SMP kelas 2. Gak terasa, tinggal 1 tahun lagi udah SMU. Cihuuyy,, bisa pamer rok abu-abu dehh sama adek kelas. Tapi aku gak boleh sombing ntar dosa… hehehe.
Balik ke masalah gilang.
Waktu aku menghindari kedua sahabatku rine dan aulia, aku melihat di dalam kelas aku melihat maulia menrengut tanda tak semangat pagi ini. Aku ajak ngobrol tapi gak nyaut. Tapi kalo yang lain ajak ngobrol, ia mau berbicara. Hingga di saat istirahat, aku duduk di sampingnya, dan mulai bertanya dimana letak kesalahanku padanya.
“aul, salah aku sama kamu apa?” kataku yang berbicara di sampingnya.
“elo tuh dasar PHO. Gara-gara ada elo, Gilang megatin gue..!!” jawabna sambil berdiri dan memukul meja.
“tapi aku gak tau. Aku sama gilang Cuma sebagai temen doing. Dan kamu juga tau kali.” Jawabku yang ikut berdiri.
“alaahh.. loe jangan pura-pura gak tau. Mana atinya sahabat? Malah rebut pacar orang!!.” Jawabnya.
Setelah ia membentakku, ia langsung keluar dari kelas dan meninggalkan aku sendiri di sini. Aku menangis di mana tempat aku duduk tadi. Aku tak mengerti apa yang tengah terjadi dengan aku dan sahabatku? Aku heran dan akhirnya aku mencari tahu semuanya.
***
Satu minggu lamanya akhirnya aku mencari tahu tentang masalah yang aku hadapi slama ini di bentu dengan maulia dan rine ternyata tak sia-sia. Ternyata, angellah pelaku selama ini. Ia sengaja mengadu domba kami satu persatu agar sahabat-sahabatku berpidah dengannya. Namun persahabatan kami terlalu kuat untuk di hancurkan. Kami sudah saling mengerti satu dengan yang lainya. Dan di hai itu juga, kami menjelaskan semuanya. Dan tak hanya hubungan persahabat kami saja yang mulai pulih. Hubungan antar agilang dan auliapun kembali baik. Kamipun menjalani hari hari dengan baik , bercanda ria seperti biasa.
Malam ini, adalah pesta ultahku yang ke 13 tahun. Ultahku di rayakan di rumahku. Semua keluarga dan sehabat-sahabatkupun juga datang . namun, ketika aku mau ke dapur untuk mengambil permen kesukaanku, aku mendengarr pembicaraan ayah danibu di ruang Tv.
Aku mendengar , jika bulan depan, aku dengan keluargaku akan di pindahkan ke Paris dengan tempo waktu yang sangat lama di sana, karena ayah dan ibuku ada tugas di sana. Aku tak percaya dengan apa yang mereka bicarakan kepadaku. Hingga sampai waktu pesta ultahku selesai, mereka mengajak aku untuk biacara di ruang keluarga.
“ayah, ibu. Aku udah tau apa yang mau kalian biacarain. ” kataku yang bicara dengan rasa tak terima.
“yah,, alalu apa kamu mau ikut dengan kami?” kata ibu.
“bagaimana ya? Aku tak tau. Dinda takut bu..” jawabku.
“hmm dinda takut apa nak? Nanati bibi sum, dan pak yanto juga ikut kok nemenin kamu di Paris.” Kata ayah yang beranjak duduk di sampingku sambil menegelus kepalaku.
“dinda Cuma takut kehilangan sahabat sahabat dinda. Dinda gak mau jauh ayah..” kata ku sambil menengok kea rah ayah.
“ayah tau nak, tapi abagai mana? Enggakmungkin sahabatmu yang bejibun itu kita angkut semua ke Paris.”
“tapi ayah.. “ kataku.
“sudah nak, kita tak ada pilihan. Jika kamu mau tinggal, kamu mauu tinggal sama siapa? Sedangkan rumah ini akan kita jual.” Kata ibu.
“di jual? Lalau jika kita pulang ke Indonesia gimana?” tanyaku.
“nak, kalaupun kita pulang ke sini, kita mungkin hanya berlibur saja. Kita akan lama di sana” ujar ayahku.
“ya sudah, jika itu yang terbaik untuk aku. Aku akan ikut. Udah ah, aku ngantuk aku mau tidur.” Ucapkuu dengan wajah tak terima, aku masuk dan tidur.
***
Satu bulan kemudian.
Tak terasa, satu bulan sudah aku lewati. Sekarang adalah hari dimana aku harus pergi ke Paris. Kawan, tau kah kamu? Sesungguhnya aku belum bilang kepada semua sahabat-sahabatku jika hari ini aku akan pergi ke Paris. Sungguh, bukan maksudku ingin jadi tertutup dengan sahabatku, namun akuu tak mau mereka sedih dan mengeluarkan air mata hanya untuk kepergianku ke Paris ini. Agar tidak terlalu blak-blakan, aku mengirimkan surat untuk sahabat-sabatku agar mere semua bisa membacanya di sekolah nanti.
“dear sahabaatku.
Maaf sebelmnya jika aku menyusahkan kalian dan membuat kalian sedih atau kecewa kepadaku. Aku hanya tak mau jika kalian menjadi sedih dengan kepergianku saat ini.
Sahabat, maaf untuk hari ini dan mungkin seterusnya, aku tak bisa bersekolah dengan kalian lagi. Hari ini aku pindah ke Paris untuk waktu yang sangat lama. Ayah dan ibuku juga bilang jika mungkin SMU nanti aku tidak di Indonesia.
Maafkan aku kawan, aku tak mau merepotkan kalian. Aku hanya bisa mengirimkan surat ini untuk aklian sebagai salam perpisahan hangat dariku. Aku akan selalu merindukan kalian karena bagiku, kalian adalah sabat yang paling baik sedunia, dan selamanya.
Salam hangat.
Dinda”.
Huh.. kawan, jujr saja, aku sangat tidak mau ke Paris. Anmun karena terpaksa juga aku harus ikut orang tuaku. Di sisi lain saat aku mulai masuk ke peasawat, aku merasa tak nyaman. Aku masih saja memikirkan sahabatku di Jakarta. Aku bingung aku harus bagaimana pasti hidupku kosong tanpa mereka. Ketika aku sakit dulu, mereka menjengukku. Menemai aku ketika gundah di kantin. Belajar bersama dan tertawa. Tapi kini semua sirna. Yang aku bawa hanya rasa cinta dan kenangan manis bersama mereka. I LOVE YOU MY BEST FRIEND…